Jumat, 17 Mei 2013

Kewajiban Menuntut Ilmu


Di era sekarang ini dunia pendidikan, sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan munculnya berbagai predikat sekolah, munculnya banyak lembaga bimbingan belajar, tempat kursus, dan lain-lain. Pernahkah kamu berfikir bagaimana pandangan Nabi Muhammad SAW yang hidup kira-kira 1500 tahun yang lampau tentang pendidikan, baik menyangkut tentang kewajiban menuntut ilmu? Kapan dan di mana umat Islam diwajibkan menuntut ilmu. Sebaiknya kita ikuti pembahasan selengkapnya mengenai hadits tentang menuntut ilmu berikut ini.

Hadits Nabi saw Tentang Menuntut Ilmu 
Hadits tentang salah satu Fungsi ilmu
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ ْالآخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ  وَ مَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ   رواه الطبراني

Artinya,’Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu.” (HR. Thabrani)

Hadits tentang hukum menuntut ilmu
   
 طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضِةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ
رَوَاهُ ابْنُ عَبْدُالْبَر
    Artinya :
    Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil Bari)
Kewajiban mencari ilmu itu tidak memandang batasan usia, melainkan seumur hidup. Sabda Nabi SAW
أُطْلُبُ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْْدِ 
رواه مسلم
  Artinya,     “Carilah ilmu itu sejak dari ayunan sampai masuk ke liang lahat”(HR. Muslim)
Menuntut ilmu itu harus mau bersusah payah, karena ilmu itu harus dicari di mana saja,  sekalipun sangat jauh tempatnya dan banyak rintangannya, seperti sabda Nabi SAW :
أُطْلُبُواالْعِلْمَ وَلَوْ بِالصّيْنِ - رَوَاهُ عَبْدُالْبَر
       Artinya ,
             “Carilah ilmu itu walau di negeri Cina”.(HR. Abdul Bar)

Etika menuntut ilmu
تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ  رَواهُ الطَّبْرَانِيْ
Artinya,”Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu.” (HR Tabrani)
Keutamaan menuntut ilmu Banyak hadits Nabi SAW yang mengungkapkan keutamaan / fadhilah menuntut ilmu, diantaranya sebagai berikut :
Dimohonkan ampun dosanya oleh semua makhluk
عَنْ أَنَسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ، وَإِنَّ طَالِبَ اْلعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ شَيْ حَتَّى ألْحِيْتَانَ فِي الْبَحْرِ - رواه ابن عبد الرّحْمَن
   ِArtinya,“Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: menuntut ilmu itu  wajib atas setiap orang Islam, karena sesungguhnya semua (makhluk) sampai binatang-binatang yang ada di laut memohonkan ampun untuk orang yang menuntut ilmu”. (H.R. Ibnu Abdurrahman)

Dimudahkan jalan masuk surga
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ”.- رواه مسلم
Artinya, “Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w bersabda: Barang siapa yang menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga”. (H.R. Muslim)

Digolongkan sebagai orang yang jihad fi sabilillah
مَنْ خَرَجَ فِيْ طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ الله حَتَّى يَرْجِعَ - رَوَاهُ التِّرْمِذِي
Artinya,” Siapa yang keluar (dari rumah) dalam (keadaan) menuntut ilmu, maka ia itu termasuk fi sabilillah sampai ia kembali/pulang.” (HR. Turmudzi)

Penjelasan Hadits Ilmu itu sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan ilmu manusia dapat mengetahui segala hal termasuk mengetahui  kebesaran dan kekuasaan Allah, sehingga dengan begitu manusia dapat selalu dekat dengan Sang Maha Penciptanya. Karena dengan ilmu itu manusia dapat mengetahui kedudukannya di hadapan Allah dan bagaimana ia harus berbuat. Disamping itu, dengan ilmu pula manusia dapat mengetahui rahasia – rahasia ciptaan Allah, sehingga ia dapat melaksanakan fungsi- fungsi kekhalifahannya di bumi, yakni memanfaatkannya untuk kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Karena itu dalam hadits di atas Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita,” jika manusia ingin mendapatkan kehidupan yang baik di dunia hendaknya diraih dengan ilmu, jika menginginkan kehidupan yang baik di akhirat hendaknya dengan ilmu, dan jika menginginkan kedua-duanya juga hanya bisa diraih dengan ilmu.”
Mengingat pentingnya ilmu itu, hadits di atas menjelaskan bahwa menuntut ilmu sangat diwajibkan bagi setiap orang Islam tanpa terkecuali, baik laki-laki, perempuan, tua maupun muda. Menuntut ilmu disini mengandung makna yang sangat luas, yaitu mencari ilmu pengetahuan melalui proses belajar, baik melalui bimbingan orang lain (guru) maupun secara mandiri atau otodidak. Belajar secara mandiri dapat dilakukan dengan membaca, mengamati dan mempelajari suatu ilmu tanpa bantuan orang lain (guru). Tetapi harus diingat, tidak semua ilmu itu dapat dipelajari secara sendiri. Hal itu di samping karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki individu itu sendiri sehingga butuh bantuan orang lain yang lebih ahli, juga dikarenakan adanya ilmu yang dalam mempelajarinya harus melalui bimbingan guru / mursyid, terutama dalam belajar membaca Al-qur’an, aqidah dan ubudiyah.
Kewajiban menuntut ilmu bagi setiap umat Islam itu berlaku sepanjang hayat atau dikenal dengan istilah long life education. Dalam hadits tersebut, Rasulullah memerintahkan untuk menuntut ilmu  sejak masih dalam ayunan / buaian (ibu) sampai  ke liang lahat (meninggal). Sehingga hanya kematianlah yang mampu menghentikan kewajiban seorang muslim dalam menuntut ilmu. Dengan demikian, dalam menuntut ilmu tidak ada istilah “sudah tua”. Boleh saja pendidikan formal lewat bangku sekolah atau kuliah telah selesai, tetapi kegiatan belajar kepada siapapun dan dimanapun harus tetap dilaksanakan hingga akhir hayat, baik di keluarga, pengajian di masjid, majlis-majlis taklim, dan lain sebagainya.
Sejalan dengan itu, Islam memang tidak membatasi tempat di mana kita harus mencari ilmu. Dimanapun keberadaan ilmu, Islam memerintahkan untuk mencarinya, sekalipun sampai ke negeri Cina sebagaimana ditegaskan dalam hadits di atas, yaitu “ carilah ilmu meskipun sampai ke negeri  Cina”. Hadits tersebut juga mengisaratkan bahwa menuntut ilmu itu harus mau bersusah payah. Betapa tidak ? Coba renungkan ! Perjalanan dari Tanah Suci ke Cina saat itu dapat berlangsung berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, serta banyak rintangan yang harus dilalui seperti badai gurun pasir, banyaknya penyamun, sulitnya membawa perbekalan, dan belum lagi sulitnya memenuhi keperluan hidup selama belajar di rantau, karena saat itu belum ada sarana pengiriman uang lewat wesel atau tansfer lewat Bank maupun barang lewat kiriman paket seperti sekarang. Tentu perintah Rasulullah SAW tersebut baru dapat terlaksana bila yang bersangkutan mempunyai kebulatan niat yang kuat, keuletan yang tinggi, punya sifat kemandirian, dan kerja keras. Sehingga melalui pesan hadits itu seolah-olah Rasulullah SAW  ingin berpesan kepada kita semua bahwa belajar itu harus didasari oleh niat yang kuat, keuletan, kemandirian, dan kerja keras atau mau bersusah payah dan tidak manja. Karena itu pula dalam hadits di atas Rasululllah SAW menyejajarkan kedudukan orang yang menuntut ilmu  sama dengan orang yang sedang jihad fisabilillah.
Selain niat yang kuat, ulet, mandiri, dan kerja keras, hal lain yang tidak boleh dikesampingkan dalam menuntut ilmu adalah hormat dan berlaku baik kepada guru sebagaimana yang tersebut dalam sabda Rasulullah SAW di atas. Menurut Imam Az-Zarnuji dalam Kitab “Ta’limul Muta’allim” salah satu penyebab tidak manfaatnya ilmu yang dimiliki oleh para generasi sekarang adalah kurang tawadhu’ atau kurang hormatnya siswa kepada guru. Indikasi tidak bermanfaatnya ilmu itu adalah ilmu yang dimilikinya itu tidak mampu mendekatkannya kepada Allah dan tidak melahirkan kepatuhan kepada-Nya, bahkan semakin menjauhkannya dengan Allah, serta tidak dapat mendatangkan kemanfaatan bagi orang banyak, bahkan sebaliknya acapkali merugikannya. Akibatnya seperti yang dapat kita lihat di negeri ini, banyak orang pinter yang pada akhir karirnya tidak selamat akibat olahnya sendiri. Na’udzu billahi min Dzalika. Sebaliknya seorang yang manfaat ilmunya, ia akan memiliki kemantapan iman serta patuh dan tawadhu’ kepada Allah. Firman Allah SWT :
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ ۗ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ [٢٢:٥٤]  
Artinya,“Dan agar orang-orang yg telah diberi ilmu meyakini al-Qur’an itulah yang hak (petunjuk yang benar) dari Tuhanmu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepada-Nya.” (QS.al-Hajj/22: 54).
Hadits di atas juga menerangkan tentang berbagai keutamaan yang diberikan Allah SWT kepada orang yang mau menuntut ilmu, diantaranya diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT karena semua makhluk di dunia ini termasuk semua binatang yang hidup di lautan memohonkan ampun kepadanya,  dimudahkan jalan baginya oleh Allah SWT jalan menuju surga, serta dinaungi dan dimuliakan oleh malaikat dengan mau meletakkan sayapnya untuk jalan orang yang menuntut ilmu.
Selain itu Allah juga akan mengangkat derajat orang yang  beriman dan berilmu lebih tinggi beberapa derajat daripada orang yang tidak berilmu. Dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa  Nabi Muhammad SAW memberikan perumpaan keutamaan seorang yang alim (berilmu) dengan seorang abid (ahli ibadah) itu diperumpamakan perbandingannya antara bulan dengan bintang. Perumpamaan Nabi tersebut sangat masuk akal, sebab seorang yang alim itu  memiliki ilmu yang manfaatnya tidak terbatas hanya bagi dirinya, tetapi juga dapat dirasakan bagi orang lain, baik  melalui pengajaran yang diberikan atau membaca karya tulisnya. Sedangkan ibadahnya abid manfaatnya terbatas hanya pada  dirinya. Disamping itu, ilmu pengaruhnya tetap abadi dan lestari selama masih ada orang yang memanfaatkannya, meskipun sudah beberapa ribu tahun. Seperti temuan para ilmuwan Muslim pada zaman dahulu hingga sekarang masih terus dimanfaatkan orang. Berbeda dengan amal ibadah, seperti melakukan shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya juga mendapatkan balasan pahala oleh Allah, akan tetapi semua ini segera berakhir dengan berakhirnya pelaksanaan dan kegiatan sang pelakunya. Seperti penjelasan hadits Nabi Muhammad yang sudah sangat populer di kalangan umat Islam, yaitu jika anak Adam meninggal dunia, semua amalnya terputus kecuali tiga hal: shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya.

Dalam Al-Qur`an Allah juga berulang-ulang menegaskan akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.  Allah juga mengingatkan kepada manusia untuk berfikir dan merenungkan, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui.

Rabu, 01 Mei 2013

Makna Hari Pendidikan Nasional bagi Bangsa : Sebuah opini

Hardiknas, 2 Mei 2013




2 Mei, tanggal itu menjadi tanggal yang sangat bermakna bagi kalangan siswa, guru, dan mereka yang merasakan manfaat dari pendidikan. Pendidikan bagi sebagian kalangan menjadi hal yang biasa, dan sebagian lainnya menganggap sebagai hal yang sangat luar biasa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh mutu pendidikan di suatu bangsa tersebut, ungkapan itulah yang mungkin harus kita resapi lebih jauh.
Makna mendidik, kini sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian pendidik masa kini. Hal ini dibuktikan adanya sebagian tenaga pendidik yang hanya menjalankan tugasnya untuk menghabiskan bahan ajar sesuai waktu yang ditentukan dalam RPP mereka (baca: Rencana Pokok Pengajaran). Ada sebagian guru/dosen yang hanya memberikan materi tanpa melakukan proses “pendidikan”. Ada ungkapan bahwa, Mendidik Bukan sekedar Mengajar, hal ini hendaknya perlu untuk dimaknai. Bahwa kegiatan yang namanya mendidik, bukanlah hanya sekedar mengajar dan menyampaikan materi, namun ada pesan moral yang harus senantiasa disipkan dalam setiap proses pembelajaran. Seperti halnya pembelajaran kelompok, pesan moral dalam kerja kelompok adalah, siswa dididik untuk dapat bekerja bergotongroyong, saling membantu satu sama lain, dan mampu memiliki jiwa kebersamaan. Terkadanga hal tersebut kurang dimaknai oleh sebagian tenaga pendidik kita.
Adanya fenomena tersebut, pemerintah telah berupaya dengan memberikan kebijakan-kebijakan yang akan mengarahkan tenaga pendidik untuk menjadi insan pembaharu, pembentuk generasi bangsa. Dengan sistim pendidikan yang ada, pemerintah mencoba untuk semakin meningkatkan mutu pendidikan di negara kita tercinta ini. Berbagai kebijakan tentang pendidikan, dan tenaga kependidikan telah banyak dilahirkan oleh jajaran pemerintahan.
Satu diantara kebijakan baru-baru ini adalah kebijakan Sertifikasi Guru dan Dosen. Kebijakan ini menuntuk tenaga pendidik untuk dapat bekerja lebih professional di bidangnya. Kini, tenaga pendidik dituntut untuk senantiasa mengembangkan ilmunya seiring perkembangan jaman. Hal ini ditempuh melalui penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan sebagainya. Walaupun di lapangan tidak sedikit diantara mereka melakukannya dengan terpaksa, karene tuntutan profesi mereka. Tak sedikit pula diantara mereka yang menempuh jalan pintas dengan membeli penelitian orang lain untuk kepentingan sertifikasi mereka.
Kesadaran masing-masing individu tenaga pendidik memang harus dibangun perlahan-lahan demi kemajuan pendidikan bersama. Mereka akan dihargai oleh murid-murid mereka jika mereka dapat menjadikan diri mereka sebagai tauladan bagi anak didik mereka. Guru atau Dosen yang layak ditauladani akan lebih dihormati oleh anak didik mereka.
Penghormatan murid kepada gurunya tak lagi seperti dulu. Jaman telah berubah, entah apa yang terjadi, apakah hal ini pengaruh dari sistem pendidikan baik secara kecil maupun nasional, ataukah memang bangsa kita belum siap dengan terpaan teknologi yang menerpa dari berbagai sendi kehidupan kita?
Makna hari pendidikan  adalah hari sebagai titik balik semangat memajukan pemikiran bangsa terhadap berbagai terpaan kemajuan teknologi yang akan semakin menggeser khasanah budaya, jika kita terlambat untuk memberikan pendidikan yang tepat kepada generasi bangsa kita.
Masih sempatkah kita memikirkan bahwa apa yang kita ajarkan, apa yang kita lakukan, akan berimbas pada nasib bangsa kelak? Sebagai Pendidik kita tidak hanya bertanggungjawab kepada kepala sekolah, atau rektor, namun sebagai pendidik kita juga bertanggungjawab kepada Tuhan sebagai pembentuk moral generasi manusia…

Siap

Siap